LABUAN BAJO, PENATIMOR – Cerita ini dimulai di Pulau Rinca, sebuah pulau yang indah namun terpencil di Kabupaten Manggarai Barat.
Pulau ini dikenal karena keindahan alamnya dan juga karena memiliki salah satu populasi terbesar komodo, hewan purba yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Namun, pada suatu malam tanggal 14 September 2023, Pulau Rinca menjadi saksi dari sebuah kejadian yang penuh dengan keberanian dan kepedulian.
Ratih Afrianita, seorang wanita muda berusia 27 tahun, tinggal di Desa Pasir Panjang di Pulau Rinca. Ia adalah seorang ibu hamil yang sedang mengalami saat-saat sulit.
Tekanan darahnya meningkat menjadi 160/100 mmHg, yang merupakan kondisi yang sangat berbahaya bagi ibu hamil.
Ratih membutuhkan penanganan medis segera untuk menyelamatkan nyawanya dan bayi yang ada dalam kandungannya.
Saat itu, di Pulau Rinca, satu-satunya fasilitas kesehatan yang tersedia adalah Pustu (Puskesmas Pembantu).
Namun, Pustu tersebut menghadapi kendala besar karena tidak memiliki kapal yang cukup besar untuk mengangkut Ratih ke fasilitas medis yang lebih lengkap.
Mereka merasa putus asa, karena waktu terus berjalan, dan nyawa Ratih semakin terancam.
Kabar tentang kondisi kritis Ratih segera tersebar di Pulau Rinca. Masyarakat setempat merasa cemas dan berusaha mencari bantuan. Mereka tahu bahwa waktu sangatlah berharga dalam situasi ini.
Pada pukul 22.30 Wita pada Rabu (13/9/2023), sebuah panggilan telepon darurat mencapai kantor Polres Manggarai Barat.
Kasat Polairud, AKP I Wayan Merta, adalah salah satu petugas yang merespons panggilan tersebut. Tanpa ragu, dia dan timnya segera bergerak untuk menyelamatkan Ratih dan bayinya. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat.
Dalam waktu kurang lebih 40 menit, kapal Polairud berjenis Rigid Inflatable Boats (RIB) sudah berlayar menuju Pulau Rinca.
Ombak yang bergelombang tidak menghalangi mereka. Misi mereka adalah menyelamatkan nyawa, dan mereka melakukan tugas tersebut dengan sungguh-sungguh.
Namun, ketika kapal Polairud hampir mencapai Pulau Rinca, kejadian yang luar biasa terjadi.
Ratih, dengan kekuatan yang tak terduga, melahirkan seorang bayi laki-laki. Meskipun situasi sangat genting, keajaiban kehidupan baru saja terjadi di tengah laut.
Petugas medis dari Pustu Pulau Rinca yang telah siap sedia bersama dengan petugas kepolisian dengan sigap melibatkan diri dalam situasi ini. Mereka memberikan perawatan medis yang diperlukan baik kepada ibu maupun bayi yang baru lahir. Kesehatan mereka menjadi prioritas utama.
Setelah bayi itu lahir, Ratih dan bayinya segera dievakuasi ke Labuan Bajo. Semua orang di kapal Polairud bekerja sama untuk memastikan bahwa mereka aman.
Mereka tiba dengan selamat di Pelabuhan Marina Labuan Bajo dan segera diteruskan dengan mobil ambulance menuju Puskesmas Labuan Bajo.
Kondisi Ratih dan bayinya telah membaik sejak mereka tiba di Puskesmas Labuan Bajo. Mereka mendapat perawatan medis yang mereka butuhkan, dan kehidupan yang hampir terenggut telah diselamatkan.
Kasat Polairud, AKP I Wayan Merta, menekankan bahwa tindakan ini adalah bukti nyata bahwa Polri adalah pelayan masyarakat yang siap memberikan bantuan dalam situasi darurat. Mereka tidak hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai pahlawan kemanusiaan.
“Polri bukan hanya sebagai penegak hukum, tapi juga sebagai pelayan masyarakat. Tugas kemanusiaan seperti ini adalah bagian dari tanggung jawab kami,” tegas AKP Wayan Merta.
Kejadian ini akan selalu menjadi bukti bahwa keberanian dan kepedulian bisa membuat perbedaan besar dalam kehidupan seseorang.
Ratih Afrianita dan bayinya dapat menghirup udara bebas berkat ketepatan tindakan dan kerja sama yang luar biasa dari personel Polres Manggarai Barat.
Pulau Rinca, yang dikenal karena keindahan alamnya, kini juga dikenal karena kisah keberanian ini yang akan diingat oleh banyak orang dalam waktu yang lama. (Om Pena)