KUPANG, PENATIMOR – Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang saat ini telah memiliki dua Kampung Kerukunan yaitu di Kelurahan Fatubesi dan Kelurahan Maulafa.
Kampung Kerukunan yang pertama di Kelurahan Fatubesi Kecamatan Kota Lama.
Sedangkan Kampung Kerukunan kedua di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa.
Peresmian Kampung Kerukunan di Kelurahan Kolhua dilakukan di Aula Gereja Katolik St. Fransiskus Asisi pada Rabu (9/11/2022) pagi.
Ketua Panitia Jhon R. Dekrasano, mengatakan, peresmian Kampung Kerukunan itu merupakan keputusan dari FKUB Kota Kupang.
Pencanangan kegiatan ini merupakan upaya menciptakan sekaligus menerapkan praktek kehidupan beragama di Kota Kupang.
“Hal ini sesuai dengan SK FKUB Kota Kupang Nomor 002/SK/FKUB–KOLHUA/II/2022 tentang pencanangan Kampung Kerukunan,” sebut Jhon.
Kepala Kemenag Kota Kupang, Yakobus Beda Kleden, menyampaikan bahwa Kampung Kerukunan ini merupakan yang kedua setelah Kampung Kerukunan di Kelurahan Fatubesi.
“Untuk Kampung Kerukunan di Fatubesi merupakan inisiatif dari Kementerian Keagamaan RI,” kata Yakobus.
Sementara untuk Kampung Kerukunan di Kolhua, merupakan gagasan yang diinisiasi oleh Penjabat Wali Kota, George Hadjoh.
Keberadaan Kampung Kerukunan ini merupakan sebuah langkah nyata dalam meningkatkan kualitas kehidupan beragama, sekaligus upaya untuk mewujudkan Kupang Kota Kasih sebagai rumah bersama.
“Keberadaan Kampung Kerukunan di dalamnya perlu ada semangat untuk hidup rukun. Di sisi lain, harus ada simbol untuk mempersatukan,” jelas Yakobus.
Dia berharap agar semua warga Kolhua secara bersama bisa menumbuhkan kehidupan yang rukun secara baik.
Sehingga warga bisa menyelesaikan semua hal di lingkungan kelurahan tanpa harus membawa lebih jauh.
Yakobus juga menyinggung tentang gerakan bebas sampah plastik yang digelorakan Penjabat Wali Kota Kupang.
Untuk itu dia meminta semua umat beragama wajib punya tanggungjawab terhadap hal tersebut.
Pasalnya hal tersebut merupakan gerakan ekologi integral yang bertanggungjawab atas alam semesta, sebagaimana tertulis dalam kitab suci, sebab manusia adalah mitra alam.
“Saya sangat yakin jika pada suatu saat nanti, Tuhan akan bangga karena di Kampung Kerukunan ini tidak hanya baik tapi indah, karena umat tidak saja hidup rukun tapi lingkungannya juga bersih,” jelasnya.
Sementara Penjabat Wali Kota Kupang, George Hadjoh, menginginkan agar adanya kerja kolaborasi.
George menilai tanpa kerjasama, maka mewujudkan Kampung Kerukunan tidak akan terlaksana.
Karena menurutnya, kemampuan yang ada dalam diri setiap manusia sudah sama.
Oleh karenanya, dibutuhkan kerja bersama untuk melahirkan sebuah perubahan terutama dalam Kota Kupang.
George juga bercerita mengenai kerukunan, dalam penyelenggaraan Pesparani II tingkat nasional di NTT baru-baru ini, dimana Ketua Panitia merupakan seorang muslim dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) NTT.
Sehingga dalam acara keagamaan selanjutnya, ia meminta agar partisipasi atau keterlibatan dari tokoh agama lain bisa ada.
“Kalau hal itu diwujudkan maka merupakan Kebhinekaan yang luhur dari NTT dalam bingkai pembangunan Kota Kupang,” ungkap George.
Penjabat Wali Kota Kupang itu juga menyinggung tentang keimanan dan kebersihan yang selama ini dilakukan merupakan bagian dari iman umat beragama.
Dia juga menegaskan bahwa peresmian Kampung Kerukunan ini harus menjadi bagian penting dalam rangka meningkatkan persatuan warga.
“Kelurahan Kolhua harus hati-hati, semua harus rukun. Untuk rukun, hanya satu, harus ada komunikasi. Ini akan membuat warga yang dapat dibanggakan oleh NTT dan Indonesia,” tandas George.
Ia juga meminta agar Kampung Kerukunan bisa diperluas ke kecamatan lain. Dengan demikian menegaskan bahwa Kota Kupang menjadi wilayah dengan kerukunan tertinggi secara nasional. (wil)