KUPANG, PENATIMOR – Warga Dusun 01, Desa Oeteta, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikejutkan dengan penemuan seorang pelajar SMA berinisial PRR (18) yang tewas gantung diri di dalam kamarnya, Rabu (5/2) sekitar pukul 17.35 Wita.
Korban pertama kali ditemukan oleh anggota keluarganya setelah tak kunjung keluar dari kamar sejak sore hari.
Kapolsek Sulamu, Ipda Yorim Padabain, S.E., membenarkan kejadian tragis tersebut.
“Benar, ada penemuan jenazah seorang laki-laki berusia 18 tahun yang ditemukan tergantung di dalam kamarnya,” ujar Ipda Yorim saat dikonfirmasi, Kamis (6/2/2025).
Sebelum ditemukan tewas, PRR sempat diminta oleh ibunya untuk memberi makan hewan peliharaan mereka. Namun, saat kedua orang tuanya pulang dari sawah, korban tidak terlihat keluar dari kamar.
“Saat ibunya pulang, ia menanyakan keberadaan korban kepada kakaknya, karena sebelumnya korban diminta untuk memberi makan babi di rumah,” jelas Ipda Yorim.
Kakak korban mengatakan bahwa sejak siang korban tidak keluar dari kamar. Karena curiga, ayah dan kakak korban berusaha mengetuk pintu kamar, tetapi tidak ada respons.
Kakaknya kemudian memanjat dinding kamar dan mendapati korban tergantung dengan seutas tali nilon.
“Mereka langsung mendobrak pintu, memotong tali nilon sepanjang 2,5 meter yang diikat pada balok di tengah kamar, dan membawa korban ke Puskesmas Sulamu. Sayangnya, saat diperiksa, korban sudah tidak memiliki denyut nadi dan dinyatakan meninggal dunia,” beber Kapolsek.
Dari hasil pemeriksaan medis, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban, kecuali luka di bagian leher akibat jeratan tali. Keluarga korban menerima kejadian ini sebagai musibah dan menolak autopsi.
“Keluarga sudah berkoordinasi dengan kepala desa Yakob Tafae dan Ketua Majelis Jemaat Bethesda, Pdt. Maya Pandie, S.Th. Mereka menyatakan menerima peristiwa ini sebagai musibah serta bersedia menandatangani surat pernyataan penolakan autopsi,” tambah Ipda Yorim.
Kapolsek Sulamu mengimbau masyarakat, terutama para remaja, untuk tidak mengambil jalan pintas dalam menghadapi masalah hidup. Menurutnya, tindakan mengakhiri hidup bertentangan dengan nilai-nilai agama dan bukan solusi yang tepat.
“Jika ada masalah, bicarakan dengan keluarga, saudara, atau orang yang dipercaya untuk mencari solusi. Jangan mengambil keputusan yang bisa merugikan diri sendiri dan keluarga,” imbau Ipda Yorim. (*/mel)