BNI Gelontorkan Klaster KUR Ternak di NTT

BNI Gelontorkan Klaster KUR Ternak di NTT

Kupang, penatimor.com – Sebagai kota yang dijuluki sebagai “Kota Kasih”, Kupang memiliki sejarah panjang dengan peternakan, sehingga peternakan sapi merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat disana.

Dalam perbincangan dengan pria yang mengaku telah menjadi peternak sapi selama 35 tahun tersebut, Lukas Tefa menceritakan keluh kesahnya dimana sejak Maret 2020 atau setelah menjadi daerah persebaran Covid-19, Indonesia dan termasuk NTT menerapkan pembatasan sosial, berdampak pada lalu lintas perdagangan komoditas antar pulau, tak terkecuali sapi.

Hal itu membuat dirinya tak berpenghasilan dan tidak dapat menafkahi keluarga dari usaha peternakan yang biasa dijalankannya.

Lukas Tefa dengan mata sayunya menceritakan bahwa “peternakan & penggemukan sapi merupakan mata pencaharian utama masyarakat di desa nya, bahkan di Kupang.

“Kami sangat bingung ternyata dampak Covid-19 ini sampai membuat pemberangkatan kapal dibatasi hingga ditutup. Otomatis ternak sapi kami tidak bisa dijual ke daerah tujuan,” keluhnya.

Keluhan yang sama juga dirasakan oleh ribuan peternak lainnya di Kota yang berjuluk “Kota Kasih” itu.

Benar saja, kehidupan masyarakat NTT, khususnya Kupang sangat erat dengan peternakan sapi.

Jika daerah lain mendatangkan hingga mengimpor kebutuhan sapi, Kupang justru sebaliknya, mereka mengirim kebutuhan sapi ke berbagai daerah di Indonesia.

Hal ini bahkan sudah tercatat dalam sejarah bahwa sejak Tahun 1938 peternak dari NTT telah mengirim sapi ke Hongkong sebanyak 3.000 ekor.

Hal itu terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya hingga saat ini berfokus untuk memenuhi kebutuhan sapi dalam negeri.

Hal yang agaknya menjadi nilai historis dan istimewa bagi masyarakat kota tersebut sehingga memelihara dan beternak sapi memiliki keistimewaan khusus.

BNI Gelontorkan Klaster KUR Ternak di NTT
Kepala BNI Cabang Kupang,
I Gede Wirata beserta staf mengunjungi lokasi karantina sapi.

Peternakan sapi merupakan komoditas unggulan di NTT khususnya Kupang. Tercatat pada Tahun 2019 sebanyak 80.440 ekor sapi dikirim keluar daerah untuk memenuhi permintaan kebutuhan daging sapi nusantara dimana lebih dari separuhnya dipasok dari Kupang.

Untuk tahun 2020 ini pemerintah telah melakukan evaluasi dengan target pengiriman sapi sebesar 54.000 ekor, hal ini disebabkan kondisi tol laut (pengiriman komoditas melalui jalur laut) yang belum sepenuhnya terbuka dan penuh dengan ketidak pastian sebagai upaya penekanan penyebaran wabah virus corona di tanah air.

Hal ini membuat peternak gusar akan nasib perekonomian mereka, karena keluarga tetap membutuhkan nafkah dari hasil penjualan ternak.

Di tempat terpisah dengan jarak lebih dari 2 ribu kilometer jauhnya, melihat dunia peternakan sebagai hal yang menarik untuk ditekuni, Dr.Ir Sugeng Edy Waluyo.,MM.

Seorang akademisi mengangkat tema peternakan di Kupang sebagai disertasi untuk memperoleh gelar pendidikan Doktor Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat UNS.

Sebagai akademisi, kemudian beliau merangkap sebagai praktisi di dunia bisnis peternakan khususnya di NTT.

Bersama BUMP beliau melakukan pembinaan, merangkul, dan memasarkan sapi dari para peternak ke berbagai daerah di nusantara.

Hal yang telah ditekuni sejak 2012. Hingga saat ini beliau tetap aktif berkoordinasi dengan para pihak untuk mendorong geliat peternakan di Kupang.

Sebagai komoditas unggulan daerah, BNI Kantor Cabang Kupang melihat peternakan sapi memiliki peran ekonomis yang besar di masyarakat.

Dengan potensi yang ada, BNI berinisiasi mensejahterakan masyarakat khususnya para peternak sapi dengan memberikan akses permodalan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR).

KUR ternak diberikan oleh BNI dengan bekerja sama dengan BUMP yang membawahi peternak binaan serta berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Kupang.

Sejak awal Tahun 2019, BNI KC Kupang aktif menggandeng peternak dan mendorong usaha mereka dengan akses permodalan.

Membentuk klaster ternak sapi, BNI memberikan modal kerja kepada peternak dengan nilai rata-rata sebesar Rp 21 juta per-peternak untuk membeli 3 ekor sapi muda.

Modal kerja tersebut oleh peternak yang kemudian dipantau oleh BUMP untuk dibeli sapi dan dirawat dalam program penggemukan.

Jangka waktu pinjaman diberikan selama 12 bulan dengan estimasi sapi telah memperoleh bobot ideal yang cukup dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Rasa gusar yang sebelumnya menghantui Lukas Tefa dan para peternak lainnya kini perlahan sirna.

Saat ini Pelabuhan Tenau yang menjadi lokasi pemberangkatan keluar daerah telah dibuka kembali setelah 4 bulan menutup/membatasi pengiriman termasuk untuk melayani pengiriman sapi.

Kapal pengangkut yang mereka nanti-nantikan akhirnya telah bersandar pada Jumat pagi, 17 Juli 2020.

Kedatangan kapal yang lama dinanti-nantikan setelah tertunda selama sepekan.

Di lokasi karantina sebanyak 576 ekor sapi telah siap untuk dikirim dan sesuai izin kuota sebanyak 550 ekor yang diberangkatkan ke Dumai, Riau.

Kerumunan orang, peternak, petugas pelabuhan, truk dan sapi yang dinaikkan ke kapal meramaikan sepanjang hari itu.

Merupakan pemandangan yang telah lama dinantikan.

Plt. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Ray Tenggi menjelaskan bahwa pemerintah selalu berupaya agar peternakan dan pengiriman dapat kembali hidup dan masyarakat sejahtera.

Hari itu, nampak petugas BNI turut memantau aktifitas di Pelabuhan Tenau. Hal ini dikarenakan sekitar 200 peternak binaan mereka yang menerima KUR ternak siap untuk mengirimkan sapi-sapi mereka.

Ini merupakan kali kedua BNI melakukan pembiayaan dan pelepasan sapi dari peternak binaan mereka. Kali pertama adalah pada 2019 dengan hanya melibatkan sekitar 30 peternak.

Dalam perbincangannya dengan pewarta, Pemimpin Bidang BNI KC Kupang, Rumiris Evy Silvia Sitorus menjelaskan bahwa program pembiayaan KUR untuk peternakan sapi ini menjadi salah satu fokus BNI.

“Mengesampingkan bisnis, kami melihat bahwa peternakan di Kupang adalah denyut ekonomi sebagian masyarakat dan peternakan di sini memiliki sejarah yang panjang,” kata Rumiris.

“Di satu sisi peternak sebelumnya dinilai kurang diperhatikan oleh perbankan. Hari ini kami membuktikan bahwa dengan kerja sama yang baik dari semua pihak, derajat dan ekonomi peternak telah kami angkat,” lanjut dia.

Pada kesempatan terpisah, Pemimpin Bisnis Usaha Kecil 2 BNI, Bambang Setyatmojo menjelaskan bahwa di Kupang, salah satu bukti perhatian BNI kepada sektor peternakan yaitu telah menyalurkan sebanyak KUR sebesar Rp 12.285.000.000 kepada 585 peternak binaan di Kupang.

“Hingga 30 Juni 2020 KUR peternakan telah disalurkan BNI sebesar Rp 234,05 milyar kepada 2.909 debitur ternak. Hal ini menjadi salah satu fokus yang akan terus kami jalankan pada periode-periode berikutnya,” tutup Bambang. (*/wil)

error: Content is protected !!