Ana Djukana Suarakan Kekuatan Media Massa dalam Memerangi Diskriminasi Terhadap Difabel

Ana Djukana Suarakan Kekuatan Media Massa dalam Memerangi Diskriminasi Terhadap Difabel

KUPANG, PENATIMOR – Ana Djukana, SH.,MH., adalah seorang jurnalis senior perempuan di Kupang yang penuh semangat dan tekad kuat.

Sebagai pengurus AJI Pusat pada Divisi Gender, Anak, dan Kelompok Marjinal, Ana telah memainkan peran penting dalam melawan stigma terhadap difabel.

Salah satu cara yang dia anjurkan adalah melalui peran media massa.

Ana percaya bahwa media massa memiliki kekuatan besar dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah pandangan mereka terhadap disabilitas.

Ana berbicara hal ini dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh GARAMIN NTT melalui program SOLIDER SIGAB Indonesia, yang didukung oleh Program INKLUSI.

Diskusi tersebut melibatkan para jurnalis dari berbagai media, baik cetak, online, TV, radio, serta kades dan fasilitator desa.

Ana Djukana Suarakan Kekuatan Media Massa dalam Memerangi Diskriminasi Terhadap Difabel

Ana menjelaskan bahwa media dapat menjadi alat yang kuat untuk merombak kesalahpahaman umum tentang penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya, agar dilihat sebagai bagian integral dari masyarakat.

Seringkali, difabel dan kelompok rentan lainnya dianggap sebagai orang-orang yang kurang berharga oleh masyarakat, hanya karena mereka memiliki tantangan fisik atau kelemahan lainnya.

Hal ini menyebabkan stigma yang salah dan disinformasi.

Ana juga berbicara tentang bagaimana media telah membangun citra negatif ini, dengan mengasumsikan bahwa disabilitas adalah kesempurnaan fisik yang rusak, sesuatu yang aneh atau kutukan.

Ia juga menyoroti bahwa isu-isu disabilitas sering diabaikan oleh media, meskipun seharusnya menjadi isu kemanusiaan yang penting.

Ana menekankan bahwa jika media dapat memberikan liputan yang baik dan dalam, menggunakan pendekatan feature atau tulisan mendalam, maka akan memicu minat pembaca untuk memahami isu ini lebih dalam.

Dia merasa bahwa saatnya media membantu menghilangkan stigma ini dan mendukung upaya pengarusutamaan gender, disabilitas, dan inklusi sosial.

Ana Djukana Suarakan Kekuatan Media Massa dalam Memerangi Diskriminasi Terhadap Difabel

Selain itu, Rammy A. Kadiwano dari Dinas Kominfo NTT juga berbicara tentang peran pemerintah dalam mendukung pengarusutamaan GEDSI melalui media pemerintah.

Dia menegaskan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi publik.

Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat konektivitas internet di berbagai daerah guna memberikan akses yang lebih baik bagi penyandang disabilitas.

Berti Malingara, Wakil Direktur GARAMIN NTT Program Manager SOLDIER NTT, menjelaskan peran GARAMIN NTT dalam mengawal Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas (RAD PD) Provinsi NTT.

Mereka berfokus pada perencanaan anggaran untuk mendukung upaya pengarusutamaan GEDSI di berbagai sektor. Salah satu program utama mereka adalah Desa Inklusi, Kelompok Difabel Desa, dan Unit Layanan Disabilitas (ULD).

Ini adalah langkah positif dalam mengubah paradigma difabel dari objek menjadi subjek pembangunan.

Meskipun ada perubahan yang telah terjadi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Stigma di masyarakat tentang kemampuan penyandang disabilitas masih tinggi, dan media memiliki peran penting dalam membantu mengubah persepsi ini.

Melalui liputan yang berfokus pada hak-hak penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya, media dapat mendukung upaya pengarusutamaan GEDSI di seluruh NTT. Semua ini merupakan langkah kecil menuju masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua. (Om Pena)