PKK NTT Terapkan Strategi Khusus Atasi Stunting dan Gizi Buruk

PKK NTT Terapkan Strategi Khusus Atasi Stunting dan Gizi Buruk

Kupang, penatimor.com – Meskipun pada tahun 2020, Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi NTT hanya dialokasikan anggaran Rp 30 miliar, namun ada strategi khusus dari PKK NTT.

Jurus dan strategi khusus ini untuk mencegah dan mengatasi stunting, gizi buruk dan program-program lain yang langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat yang terus digelorakan.

Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi NTT, Julia Sutrisno Laiskodat mengatakan, PKK mempunyai 10 program pokok untuk program-program tersebut di dalamnya mengurus dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang bersentuhan langsung dengan 39 perangkat daerah (PD) yang ada di lingkup Pemerintah Provinsi NTT.

“Dari sepuluh program ini saya melihat bahwa program yang lalu sudah bagus dan kami berdua bersepakat untuk menyempurnakan. Saya dengan ibu Meri lebih konsentrasi ke sumber daya manusia. Karena dari data yang ada di kita, NTT termasuk kasus stunting tertinggi dan gizi terburuk” ujarnya didampingi oleh Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, Maria Fransisca Djogo kepada wartawan di Kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT, belum lama ini.

“Kita tahu bahwa stunting dan gizi buruk itu mempengaruhi kecerdasan seseorang. Dengan demikian, kami PKK lebih fokus kepada bagaimana mencegahnya supaya kasus stunting dan gizi buruk tidak mengalami kenaikan,” lanjut dia.

Saat ini di NTT ada 3.026 desa, dan tidak mungkin semua program dieksekusi dalam satu atau lima tahun.

“Tidak bisa menjangkau semuanya karena kita bukan Tuhan. Jadi kami di PKK bersepakat untuk membuat satu terobosan yang namanya desa model atau pilot project,” ungkap Julie.

PKK Provinsi NTT memilih dan dibantu oleh ibu-ibu di kabupaten/kota untuk membentuk satu desa model di setiap kabupaten. Kalau di Kota Kupang yang jadi kelurahan model adalah Kelurahan Manutapen.

Pihaknya tidak hanya memilih desa atau kelurahan model tetapi membuat program yang mencegah stunting dan gizi buruk di NTT.

“Saya mau katakan banyak orang yang omong soal stunting dan gizi buruk tapi pelaksanaan tidak ada. Dengan anggaran yang ada mulai dari anak-anak PAUD dan anak SD dianggarkan untuk sarapan pagi bersama. Dan itu dilakukan setiap pagi selama setahun mereka bersekolah disitu akan terus mendapatkan sarapan pagi bersama,” ujar Bunda PAUD ini.

“Gizinya kita sudah berkonsultasi dengan ahli gizi di dalamnya ada kelor dan ikan. Karena kelor kita yang terbaik di dunia dan gizinya 17 kali lebih baik dari susu. Dan ikan itu sangat baik untuk anak-anak supaya otaknya lebih cerdas,” lanjut Julie.

Yang memasak menu itu adalah ibu-ibu PKK yang ada di tempat itu. Selain anak kita sehat perputaran ekonomi berdampak posetif bagi masyarakat.

Stunting itu tidak bisa hanya dicegah pada 1.000 hari pertama bayi dilahirkan tetapi harus dilakukan secara kontinu sesuai dengan siklus kemanusian.

Selain itu kata dia, ada program dari PKK untuk anak SMP dan SMA dengan memberikan vitamin untuk remaja putri yang mana suatu saat akan hamil dan melahirkan supaya tubuh bisa melahirkan bayi yang sehat.

“Kami akan cekokin dari Dinas Kesehatan dan di luar dari situ,” imbuhnya.

Untuk ibu hamil dianggarkan untuk asupan gizi dan selama enam bulan ASI dari anak harus diperhatikan karena itu hak anak.

“Kami mempunyai asupan tambahan untuk ibu hamil dan menyesui. Selain itu anak-anak balita yang umurnya dari enam bulan sampai 24 bulan itupun kami anggarkan asupannya dan itu dikerjakan oleh ibu-ibu PKK yang ada didaerah itu,” bebernya.

Lebih lanjut kata dia, ada program pengembangan potensi anak dan remaja melalui warung bakat dan minat (Warung Bakmi).

Melalui program ini dapat meningkatkan potensi, bakat dan minat olahraga dari para remaja di desa/kelurahan model PKK dengan menyediakan fasilitas yang ada berupa sarana prasarana olahraga yang ada.

Selain itu ada program remaja bersih lingkungan (Resing) menjadi salah satu bentuk kegiatan untuk menumbuhkan kepedulian dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Kemudian pemberian bantuan alat untuk pengolahan sampah di desa berupa gerobak sampah, tempat sampah hasil karya karang taruna dengan memanfaatkan bahan baku di desa dan dibagikan sesuai jumlah KK serta biaya operasional pelaksanaan pengangkut dengan honor Rp 2 juta per bulan bagi petugas pengangkut sampah.

PKK Provinsi NTT juga mempunyai kegiatan dan program pemberdayaan dan kreativitas lanjut usia merupakan bentuk perhatian pada kaum lansia sehingga masih tetap berperan dalam pembangunan dengan berkreasi dari perca kain tenun kemudian dijual ke Dekranasda Kabupaten/Kota maupun dibeli langsung oleh Dekranasda Provinsi NTT.

Selanjutnya pemberdayaan sanggar budaya untuk pelestarian budaya.

Dimana setiap desa/kelurahan model harus mempunyai sanggar budaya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas dan potensi budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan secara turun temurun bagi kesejahteraan masyarakat dan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Untuk itu PKK sendiri menyediakan sarana prasarana berupa sound system, keyboard, gitar, gong, tambur dan seragam sanggar budaya.

Dalam kesempatan itu istri Gubernur NTT ini juga menjelaskan, dari desa model itu pihaknya memilih sepasang seorang laki-laki dan perempuan yang umur dibawah 25 tahun untuk semua kegiatan dan program yang ada.

“Mereka kita kasih gaji atau honor Rp 2 juta per orang untuk mengawal kegiatan-kegiatan yang ada. Setelah direkrut tiga bulan pertama akan kirim ke Kediri Kampung Inggris untuk mereka untuk belajar Bahasa Inggris,” pungkas Julie yang juga Ketua DPW Nasdem Provinsi Bali. (wil)