PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Malam itu, sekira pukul 19.00, Selasa (8/10/2024), Sekretariat Asprov PSSI Nusa Tenggara Timur yang beralamat di Lantai 2 Gedung Stadion Oepoi Kupang kembali kedatangan tamu penting. Siapa dia?

OBED GERIMU, Kupang

Tamu penting kali ini adalah Gita Sabharwal yang saat ini menjabat sebagai Kepala Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Indonesia.

Gita Sabharwal tak sendiri. Dia didampingi beberapa orang stafnya.

Kedatangan Gita Sabharwal disambut hangat oleh Ketua Asprov PSSI NTT Chris Mboeik dan Wakil Ketua Ridwan Angsar, beserta jajaran pengurusnya.

Ada Piter Fomeni selaku Direktur Teknik, Bendaraha Reny Marlina Un, Karel Muskanan yang kini Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi NTT, serta pengurus lainnya seperti Dudy Baranuri, Fifi Rea, Beverly Rambu, Paulus Bekak, Muji Burahman, dan Obet Gerimu.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Gita Sabharwal datang membawa pesan mendalam: sepak bola tidak hanya tentang kompetisi di lapangan, tetapi juga merupakan alat yang kuat untuk menggaungkan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

“Sepak bola adalah olahraga yang paling diminati oleh jutaan orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Ini adalah bahasa universal yang dapat menjangkau berbagai kalangan, terutama generasi muda. Melalui sepak bola, kita bisa mempromosikan berbagai tujuan SDGs secara efektif, dengan cara yang menyenangkan dan menginspirasi,” ujarnya membuka pertemuan.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Pesan yang disampaikan Gita Sabharwal bukanlah pesan yang biasa. Ia menekankan bahwa sepak bola memiliki potensi besar untuk menyatukan masyarakat dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.

Melalui SDGs, dunia berusaha mencapai 17 tujuan penting yang mencakup penghapusan kemiskinan, pendidikan bermutu, kesetaraan gender, penanganan perubahan iklim, dan banyak lagi.

“Ketika masyarakat, terutama kaum muda, terlibat dalam sepak bola, mereka tidak hanya mendapatkan manfaat kesehatan fisik, tetapi juga mempelajari nilai-nilai penting seperti kedisiplinan, kerjasama tim, dan semangat pantang menyerah. Sepak bola dapat menjadi media yang sangat kuat untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang gaya hidup sehat dan keberlanjutan lingkungan,” kata Sabharwal penuh semangat.

Ia menggarisbawahi bahwa olahraga ini bisa menjadi alat yang fleksibel untuk menyebarkan pesan-pesan besar yang terkandung dalam SDGs.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Sabharwal menjelaskan bahwa salah satu bentuk dukungan nyata yang bisa dilakukan adalah melalui inisiatif kecil namun penuh makna, seperti menyematkan logo SDGs pada jersey para pemain sepak bola.

“Ini sedang dalam pembahasan dengan PSSI pusat. Dengan menyematkan logo SDGs di jersey para pemain, kita bisa menjadikannya sebagai pengingat bahwa setiap langkah di lapangan tidak hanya untuk kemenangan tim, tetapi juga untuk kemenangan kita dalam mencapai tujuan global,” jelasnya.

Chris Mboeik pun menyambut baik ide ini. Namun, ia juga tidak menampik bahwa ada banyak tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan sepak bola di NTT.

“Infrastruktur di sini masih sangat terbatas. Lapangan sepak bola yang layak masih menjadi barang langka di sebagian besar kabupaten di NTT. Belum ada klub profesional yang benar-benar mapan, dan pelatih yang memiliki sertifikasi profesional juga masih sangat sedikit,” ujar Mboeik sambil tersenyum getir, namun tetap optimistis.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Chris Mboeik juga memaparkan tentang sulitnya menggelar kompetisi secara berkala di NTT karena faktor geografis dan finansial.

“Setiap tahun kami hanya bisa mengadakan Liga 3 sekali karena kendala biaya. NTT terdiri dari 22 kabupaten/kota yang letaknya berjauhan. Setiap kali akan bertanding, tim harus mengeluarkan biaya besar untuk transportasi dan akomodasi. Tetapi, semangat anak-anak muda kita tidak pernah surut. Meskipun dengan segala keterbatasan, mereka terus berlatih dan bermimpi besar,” ujarnya penuh kebanggaan.

Namun demikian, Chris Mboeik tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap semangat dan bakat para pemain sepak bola NTT.

“Di PON Aceh-Sumut yang lalu, kita berhasil masuk delapan besar. Ini adalah pencapaian luar biasa, mengingat semua keterbatasan yang kita hadapi. Banyak talenta berbakat dari NTT yang juga dilirik oleh klub-klub besar di Jawa. Meski belum banyak yang berhasil menembus level nasional atau internasional, namun saya yakin, dengan dukungan yang tepat, anak-anak NTT bisa bersaing di panggung sepak bola yang lebih besar,” tegasnya.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Dalam pertemuan tersebut, Gita Sabharwal juga mengumumkan tentang kerjasama PBB dengan Asosiasi Sepak Bola Kerajaan Belanda atau Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB) melalui program WorldCoaches.

Program ini merupakan inisiatif global yang bertujuan untuk melatih para pelatih sepak bola di daerah-daerah terpencil, termasuk di NTT, sekaligus mengintegrasikan pendidikan tentang SDGs ke dalam materi pelatihan.

“WorldCoaches adalah program yang luar biasa karena melibatkan aspek teknis sepak bola dan pendidikan pembangunan sosial. Pelatih sepak bola tidak hanya diajarkan strategi dan taktik di lapangan, tetapi juga diberi pemahaman mendalam tentang SDGs. Ini mencakup isu-isu penting seperti kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, dan lingkungan. Dengan demikian, para pelatih ini bisa menjadi agen perubahan di komunitas mereka masing-masing,” ungkap Gita Sabharwal.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Ia menjelaskan bahwa program ini akan dimulai tahun depan di beberapa daerah di Indonesia seperti Lombok, Medan, dan Jakarta, dan ia berharap NTT bisa segera masuk dalam daftar wilayah yang akan menerima pelatihan tersebut.

Menurut dia, pelatihan ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas sepak bola di daerah-daerah terpencil, tetapi juga membantu mempromosikan SDGs secara langsung kepada masyarakat lokal.

“Misalnya, di daerah yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi, kita bisa menggunakan sepak bola untuk mengalihkan perhatian kaum muda dari hal-hal negatif ke kegiatan yang positif. Dengan demikian, sepak bola menjadi lebih dari sekadar olahraga; ia menjadi alat untuk perubahan sosial,” jelasnya.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Menanggapi hal itu, Chris Mboeik kembali menekankan bahwa sepak bola di NTT bukan hanya tentang kompetisi atau menang-kalah di lapangan.

“Sepak bola adalah investasi dalam pembangunan manusia. Dari seribu anak yang bermain sepak bola, mungkin hanya beberapa yang akan menjadi pemain profesional. Namun, semua anak tersebut belajar tentang kedisiplinan, kerjasama, kerja keras, dan pantang menyerah. Ini adalah nilai-nilai yang sangat penting untuk kehidupan mereka di masa depan, di mana pun mereka berada,” kata Mboeik.

Baginya, sepak bola di NTT adalah tentang membangun karakter dan memberikan harapan.

“Setiap kali anak-anak itu berlatih, mereka tidak hanya berlatih untuk menjadi pemain yang lebih baik. Mereka juga belajar menjadi manusia yang lebih baik, yang lebih disiplin, lebih sehat, dan lebih percaya diri. Itulah kekuatan sebenarnya dari olahraga ini,” tambahnya.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Mboeik juga berharap bahwa melalui kerjasama dengan PBB dan KNVB, sepak bola di NTT bisa berkembang lebih jauh.

“Kami membutuhkan lebih banyak pelatih profesional, lebih banyak turnamen, dan lebih banyak dukungan infrastruktur. Tetapi di atas semuanya, kami membutuhkan komitmen untuk menggunakan sepak bola sebagai alat pembangunan manusia dan promosi SDGs. Dengan demikian, kita tidak hanya mencetak pemain sepak bola yang baik, tetapi juga membentuk generasi muda yang tangguh, sehat, dan peduli terhadap pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.

Sebelum pertemuan berakhir, Gita Sabharwal memberikan cendera mata berupa bola sepak yang dihiasi dengan logo SDGs kepada Chris Mboeik.

Bola tersebut menjadi simbol harapan bahwa melalui sepak bola, NTT bisa menjadi bagian dari gerakan global untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Gita Sabharwal berharap bahwa diskusi ini akan berlanjut dalam bentuk kerjasama konkret antara PBB, PSSI pusat, dan Asprov PSSI NTT, sehingga sepak bola bisa menjadi medium yang kuat untuk mempromosikan SDGs, tidak hanya di NTT, tetapi juga di seluruh Indonesia.

Sebagai informasi, SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah serangkaian 17 tujuan global yang telah disepakati oleh 193 negara anggota PBB.

Tujuan-tujuan ini mencakup berbagai isu penting seperti penghapusan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, kesetaraan gender, perlindungan lingkungan, dan peningkatan kesehatan.

SDGs diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030, dan sepak bola, seperti yang disampaikan oleh Gita Sabharwal, bisa menjadi salah satu alat untuk mencapainya.

PBB Dukung Sepak Bola NTT sebagai Alat Pembangunan Berkelanjutan

Malam itu, di kantor Asprov PSSI NTT, bukan hanya tentang sepak bola yang dibicarakan. Sebuah visi besar tentang masa depan yang lebih baik untuk NTT dan dunia tercipta—sebuah visi di mana olahraga, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan bersatu untuk membentuk dunia yang lebih adil, sehat, dan berkelanjutan.

Dengan dukungan dari PBB, KNVB, dan komitmen dari PSSI, harapan itu perlahan mulai terwujud. Sepak bola menjadi lebih dari sekadar permainan; ia menjadi cahaya bagi masa depan yang lebih cerah, bagi NTT, bagi Indonesia, dan bagi dunia. (*)

error: Content is protected !!