UTAMA  

Gebrakan Marthinus Sailana, Bapak Pembangunan Langkuru Utara

Gebrakan Marthinus Sailana, Bapak Pembangunan Langkuru Utara

Kalabahi, penatimor.com – Pembangunan desa di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang gencar dilakukan.

Setiap tahun, alokasi dana desa terus meningkat.

Para kepala desa pun berlomba-lomba berinovasi lewat program kerjanya. Tentunya disesuaikan dengan kondisi dan potensi, serta kearifan lokal wilayah masing-masing.

Sudah barang tentu dalam semangat membangun desa itu, ada yang progres pembangunannya sangat cepat, dan tidak sedikit pula yang lamban.

Hal ini dikarenakan adanya kendala-kendala teknis dan nonteknis di wilayah masing-masing.

Seperti pada Desa Langkuru Utara di Kecamatan Pureman, Kabupaten Alor.

Kecamatan Pureman sendiri merupakan pemekaran dari Kecamatan Alor Timur dengan memiliki 4 desa.

Sementara Desa Langkuru Utara yang berada di dataran tinggi Pulau Alor itu merupakan pemekaran dari Desa Langkuru yang berpusat di pesisir Mademang.

Desa Langkuru Utara sendiri berpusat di Befak, puncak paling tinggi di Pulau Alor.

Dari Befak, jika cuaca cerah maka tampak jelas di seberang lautan berdiri Pulau Timor, tepatnya di wilayah negara tetangga Timor Leste.

Itulah mengapa apabila berada di Langkuru Utara, secara otomotis muncul notifikasi jaringan selular dari Timor Leste yang memberlakukan roming bagi penggunanya.

Hanya lokasi-lokasi tertentunya saja yang signal Telkomsel nya sedikit baik dan itu hanya bisa digunakan untuk menelpon, sedangkan untuk layanan data selular putus total.

Sehingga di wilayah Langkuru dan sekitarnya sangat familiar dengan istilah “Signal GSM” yang adalah anekdot dari “Geser Sedikit Mati”.

Untuk sampai ke wilayah berpenghuni 253 kepala keluarga ini, bisa menggunakan jalur darat dan laut.

Jalur darat hanya bisa menggunakan mobil berspesifikasi doubel gardan dengan waktu tempuh sekira 3 jam perjalanan.

Sementara jalur laut menggunakan perahu dari Kalabahi ke Mademang selama 6 jam lebih.

Hanya saja saat musim hujan dan cuaca ekstrem, transportasi laut dan darat menjadi lumpuh total.

Di laut jika musim barat, tidak ada kapal atau perahu yang berani berlayar, karena gelombang tinggi dan arus yang sangat kuat di perairan menuju Langkuru.

Begitu pula di darat, jika hujan lebat maka kondisi jalan yang banyak tanjakan ekstrem itu menjadi sangat berlumpur dan licin, serta rawan longsor.

Belum lagi dihadang kabut tebal yang membatasi jarak pandang menjadi hanya 2 meter.

Ada juga beberapa kali besar yang jika datang banjir maka tidak bisa dilewati kendaraan.

Sebagai desa pedalaman, Langkuru Utara juga punya banyak sekali persoalan dan kendala dalam pembangunan yang belum terselesaikan.

Kondisi jalan yang belum beraspal dengan medan super ekstrem itu menjadi persoalan utama lambatnya pembangunan di wilayah tersebut.

Hal itu mengakibatkan hingga saat ini belum ada transportasi umum yang rutin beroperasi melayani masyarakat di Langkuru Utara dan sekitarnya.

Padahal jika infrastruktur jalan dibangun dengan lebih baik, maka masyarakat setempat akan dengan mudah dan cepat membawa serta menjual hasil bumi garapannya ke kota, sehingga penghasilannya dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.

Walau punya banyak persoalan dan kekurangan, namun ada juga yang patut dicontoh dari wilayah yang terisolir ini.

Dengan menggunakan dana program PNPM Mandiri perdesaan, pemerintah desa setempat berhasil membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sudah cukup lama dinikmati seluruh warganya secara gratis.

Kepala Desa Langkuru Utara, Marthinus Sailana, dalam sebuah kesempatan, mengaku bahwa di wilayahnya, sumber daya alam yang menonjol adalah dari hasil komoditi perkebunan.

“Di sini ada kemiri, kemudian hasil ladang seperti jagung dan padi. Sekarang sedang dikembangkan budidaya tanaman Porang. Dulunya sebelum pemekaran, hampir semua wilayah Kecamatan Alor Timur datang pasar di Mademang, sistemnya barter,” kata pria berkumis tebal yang dijuluki bapak pembangunan Langkuru Utara ini.

Marthinus juga sampaikan bahwa wilayah Langkuru secara keseluruhan dulunya merupakan lumbung makanan untuk wilayah Kecamatan Alor Timur.

Mengenai pembangunan PLTA berkapasitas 21 Kilo Volt (KV), Marthinus yang menjabat sebagai Kades sejak tahun 1996 itu sampaikan bahwa pembangkit listrik itu dikerjakan sejak tahun 2009.

Walau diperhadapkan dengan berbagai hambatan namun akhirnya PLTA sukses dibangun.

“PLTA ini melayani 271 rumah warga, saya juga tidak mau pasang tarif ke warga. Jadi listrik ini gratis. Kalau soal pemeliharaan dan lainnya pakai anggaran dana desa. Kita pakai satu orang untuk pembersihan saja, sementara untuk mesin saya tangani sendiri,” tegas Marthinus yang menerima penghargaan sebagai pengelola dana desa terbaik se-Kabupaten Alor pada tahun 2018.

Dengan menggunakan dana desa sebesar Rp 300 juta, Marthinus juga berhasil membuka akses jalan ke Langkuru sepanjang 9 kilometer sehingga baru pada tahun 2017 bisa dilewati kendaraan.

Marthinus mengaku seluruh warganya selalu dilibatkan dalam proses perencanaan program dan ikut mengawal pelaksanaan program hingga selesai.

“Semuanya saya transparan. Terkadang kami lakukan pembersihan badan jalan dan got saluran air PLTA, saat warga semua berkumpul, saya langsung rapat bahas anggaran dan program di lapangan. Kita juga rencana akan kembangkan potensi pariwisata di Langkuru,” terang Marthinus seraya berharap ada sentuhan dan solusi dari pemerintah di tingkat lebih atas terhadap kendala dan persoalan-persoalan di Langkuru Utara.

Desa Langkuru Utara kata Marthinus, juga sementara mempersiapkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang akan fokus pada beberapa bidang usaha, termasuk pengelolaan alat transportasi darat.

“Sehingga masyarakat akan lebih mudah menjual hasil perkebunannya, begitu juga dengan komoditi yang lain. Kalau di BUMDes nanti kita pasang tarif,” sebut Marthinus yang mengaku pembangunan di segala bidang akan terus dilakukan dengan skala prioritas sehingga Langkuru Utara dapat lebih maju dan berkembang serta berdaya saing dengan desa-desa lainnya. (wil)

error: Content is protected !!