Kupang, penatimor.com – Fakultas Hukum Universitas Persatuan Guru (UPG) 1945 Nusa Tenggara Timur menggelar perayaan Natal Oikumene.
Acara Natal bersama ini dilangsungkan di halaman parkir kampus UPG 1945, Jalan P.A Manafe, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, (23/12).
Perayaan ini mengusung tema, “Hidup sebagai sahabat bagi semua orang”. Dan sub tema, “Melalui Natal Fakultas Hukum UPG 1945 NTT, kita merajut persahabatan dengan sesama”.
Ibadah syukuran Natal dipimpin oleh Ketua Majelis GMIT Gloria Kayu Putih, Pdt. Christoforus Sunur, S.Th.
Acara Natal Oikumene ini juga diisi dengan pembakaran lilin oleh Ketua Yayasan UPG 1945 Samuel Haning, Rektor UPG 45 David Selan, Dekan Fakultas Hukum Simson Lasi, Wakil Dekan Marthen Dillak, dan perwakilan dari mahasiswa Hukum UPG 45 Yos Lede Kore.
Ketua Yayasan UPG 1945 Samuel Haning dalam sambutannya, mengatakan, bahwa damai itu ada ketika kita dihina dan kita akan tetap sabar.
Samuel juga mengimbau kepada semua yang hadir dalam perayaan itu agar tidak merasa terganggu dengan yang terjadi di Sumatera Barat, dimana orang Kristen dilarang merayakan Natal.
“Tetapi kita harus tenang dan mendoakan saja sebagai sesama orang Kristen,” harap Samuel.
“Karena Natal itu artinya damai dan kita bisa merayakan Natal tanpa kegiatan yang meriah. Kemeriahan Natal cukup dalam doa penyerahan diri secara pribadi,” sambung dia.
Dekan Fakultas Hukum UPG 45, Simson Lasi juga menyampaikan salam damai Natal kepada hadirin.
Sesuai tema Natal itu, Simson sampaikan bahwa persahabatan itu bermakna dan kita siap memberikan pertolongan disaat susah dan senang.
Sehingga dalam merayakan Natal 2019 daj Tahun Baru 2020, kita tetap menjalani persahabatan yang indah dan baik dalam keluarga besar UPG 1945.
Sedangkan ketua panitia Yos Lede Kore, menyampaikan bahwa perayaan Natal Oikumene tersebut untuk menjalin keakraban dan persatuan diantara semua mahasiswa Fakultas Hukum UPG 1945.
Sebelum acara Natal Oikumene Fakultas Hukum UPG 1945 dilakukan penyerahan bingkisan talih kasih kepada 25 janda jemaat GMIT Gloria Kayu Putih, dimana secara simbolis diserahkan kepada lima orang janda. (wil)