Skandal Korupsi Terungkap: Mafia Beras Mengguncang NTT, Diduga Beras Premium Palsu?

Skandal Korupsi Terungkap: Mafia Beras Mengguncang NTT, Diduga Beras Premium Palsu?

KUPANG, PENATIMOR – Mafia beras merajalela di Nusa Tenggara Timur, bahkan diduga kuat melibatkan oknum di Perum Bulog.

Saat kenaikan harga dan kelangkaan beras meresahkan masyarakat, justru kondisi ini menjadi ladang subur mereka untuk meraup keuntungan pribadi, sementara masyarakat terus menderita.

Penyelidikan yang dilakukan oleh Bidang Tindak Pidana Khusus (Tipidsus) Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur telah membuka tabir kelicikan dalam penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tahun 2023 oleh Perum Bulog Kantor Cabang Waingapu, Kabupaten Sumba Timur.

Penyelidikan kasus ini berhasil menguak jaringan mafia beras yang beraksi secara masif di Perum Bulog yang seharusnya bertanggung jawab dalam menyediakan bantuan pangan bagi masyarakat.

Skandal ini bukanlah sekadar kasus kecil. Lebih dari 1000 ton beras yang seharusnya menjadi penyejuk bagi pasar dan masyarakat, ternyata telah disalahgunakan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab dalam sistem distribusi bantuan pemerintah.

Oknum-oknum di Bulog Cabang Waingapu yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam memastikan integritas distribusi, diduga terlibat dalam sejumlah penyimpangan yang melanggar aturan yang ditetapkan.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, Bulog Cabang Waingapu memiliki stok cadangan beras sekitar 4.000 ton pada tahun 2023, yang seharusnya menjadi penyokong utama stabilitas harga.

Namun, praktik-praktik tidak etis seperti penerimaan uang tunai oleh Asisten Manager SCPP untuk mengeluarkan Sales Order (SO) secara manual telah menggiring proses distribusi ke dalam jurang kecurangan.

Selisih stok beras di gudang dengan sistem e-RP serta penyetoran yang tak kunjung dilakukan menjadi puncak gunung es dari dugaan korupsi yang merajalela di dalam Bulog Cabang Waingapu.

Jumlah SO manual yang dikeluarkan oleh Asisten Manager SCPP sejak bulan September 2023 hingga Februari 2024 mencapai angka yang mencengangkan, mencapai 3.594 ton dengan nilai yang mencapai miliaran rupiah.

Tidak hanya itu, Asisten Manager SCPP, Rizky Kase, yang diduga kuat terlibat dalam skandal ini, kini menghilang tanpa jejak. Ini menambah kerumitan dalam penyelidikan yang sedang berlangsung.

Informasi yang dihimpun media ini di kantor Kejati NTT, menyebutkan bahwa dalam tahap penyelidikan, terungkap fakta bahwa dengan mengeluarkan SO manual, beberapa oknum di Perum Bulog diduga terlibat dalam korupsi berjamaah.

Tidak hanya itu, diduga jumlah beras yang disalurkan ke mitra Bulog justru jauh melebihi kuota yang seharusnya.

Menariknya lagi, diduga beras premium yang disalurkan ternyata adalah beras lokal yang dicampur dengan beras medium, lalu dikemas ulang menggunakan karung beras premium.

Tim penyelidik Tipidsus Kejati NTT pun segera menentukan sikap terkait kasus ini.

Kasi Penyidikan Kejati NTT, Salesius Guntur, SH., kepada media ini menegaskan dalam waktu dekat penyelidik segera menentukan sikap atas kasus ini dalam gelar perkara di hadapan Kajati NTT.

“Dalam waktu dekat kami akan gelar perkara ini, untuk menentukan sikap apakah naik ke tahap berikutnya atau tidak, karena saat ini masih tahap penyelidikan,” kata Salesius.

Dalam kasus ini, lanjut Salesius, penyelidik juga telah memeriksa Kepala Divisi Regional (Kadivre) Perum Bulog NTT, Himawan Nugraha.

Selain Kadivre Perum Bulog NTT, lanjut Salesius, penyelidik juga memeriksa Asisten Manager Perum Bulog NTT, Kepala Cabang Bulog Waingapu, dan mantan Cabang Bulog Waingapu. (bet)