Kupang, Penatimor.com – Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Bali Nusra di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan keseriusannya mengawal kasus dugaan korupsi pembangunan Gedung Olahraga (GOR) Oepoi, Kupang.
Sebelumnya, pada Kamis (1/8/2019) PKC PMII Bali Nusra di Provinsi NTT melakukan advokasi langsung di lokasi pembangunan GOR Oepoi yang dibangun pada tahun 2012 dan kemudian mangkrak itu, hari ini Jumat (2/8/2019) PMII NTT mendatangi Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan NTT untuk melakukan audiensi.
Kedatangan PKC PMII Bali Nusra di NTT itu diterima langsung oleh Kasubag Humas BPK RI Perwakilan NTT, Palti Laitera.
Mandataris PKC PMII Bali Nusra di Provinsi NTT, Hasnu Ibrahim menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka, yakni untuk meminta laporan hasil pemeriksaan (LHP) keuangan negara/daerah atas pembangunan GOR Oepoi yang dibangun pada tahun 2012.
“Kami sudah lakukan advokasi langsung di lapangan, dan yang kami dapati adalah prestasi fisik atas pembangunan tersebut sarat akan potensi korupsi,” ungkap Hasnu.
Menurut Hasnu, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan GOR Oepoi tersebut senilai Rp12 miliar. Alokasi anggaran atas pembangunan tersebut berasal dari APBN sebesar Rp9 miliar dan Sharing APBD NTT Rp3 miliar.
“Data lain yang kami himpun, berdasarkan penjelasan Mantan Kadispora NTT yakni dalam perjalan pembangunan tersebut terjadinya perubahan Rancangan Anggaran Belanja (RAB) dari pihak internal Dispora sendiri sebesar Rp36 miliar,” paparnya.
Dia menyatakan, karena progres pembangunan yang tidak sesuai prestasi fisik pekerjaan tersebut, maka pada tahun 2015 pihak Kejaksaan Tinggi (Kejati) Provinsi NTT telah melakukan pemeriksaan fisik, yakni volume dan kualitas pekerjaan dengan meminta bantuan pihak Politeknik Negeri Kupang, dan dari hasil pemeriksaan itu dinyatakan sarat akan potensi korupsi.
Namun, dalam pantauan PMII NTT bahwa hingga saat ini penanganan terhadap kasus ini tidak menampakkan adanya perkembangan alias jalan ditempat dan patut diduga persoalan ini sengaja diamkan.
“Oleh karena itu, besar harapan kami bahwa pihak BPK RI NTT sebagai lembaga negara bisa bermitra bersama kami dengan memberikan laporan hasil pemeriksaan keuangan atas pembangunan tersebut,” harap Hasnu.
Hasnu menambahkan, data LHP BPK RI Perwakilan NTT sangat penting sebagai rujukan bagi PMII NTT untuk meminta pertanggungjawaban pihak Dispora NTT sekaligus mendesak Kejati NTT untuk segera menetapkan tersangka atas dugaan skandal tersebut.
Kasubag Humas BPK RI Perwakilan NTT, Palti Laitera pada kesempatan itu menyampaikan terima kasih kepada PMII NTT yang sudah menjalankan fungsi kontrol sosial/ masyarakat demi kemajuan daerah NTT.
Menurut Palti, BPK RI Perwakilan NTT sedang mendalami persoalan ini dan akan segera melakukan konfirmasi ke Badan Keuangan Daerah (BKD) NTT terkait keberadaan aset tersebut. Karena dalam LHP keuangan internal BPK RI NTT belum tercakup persoalan GOR Oepoi yang mangkrak sejak tahun 2012 tersebut.
“Semenjak PKC PMII Bali Nusra di NTT memasukkan surat audiensi tertanggal 31 Juli 2019, petinggi kami telah memberikan perintah agar segera mengkonfirmasi pihak bertanggung jawab atas pembangunan dan mengumpulkan hasil kerugian negara atau daerah,” tandasnya (ale)