KUPANG, PENATIMOR – Kapolda NTT, Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga, SH., MA., diminta untuk tidak tebang pilih dalam mengusut tuntas kasus pemukulan terhadap mahasiswa asal Papua saat berdemo di Kota Kupang, oleh sejumlah oknum yang mengatasnamakan ormas tertentu pada 1 Desember 2023 lalu.
“Melihat kasus kekerasan yang dialami mahasiswa Papua di Kupang oleh ormas di Kupang, saya minta Kapolda NTT yang baru, Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga, segera memproses para pelaku,” tegas Aprila Wayar, salah satu Novelis asal Papua yang berdomisili di Yogyakarta, ibukota Provinsi DIY, dalam pernyataan tertulis kepada wartawan, Minggu (14/1/2024).
Menurut Aprila Wayar, bukti-bukti berupa tayangan video yang sudah tersebar di media sosial, sudah cukup bagi aparat kepolisian untuk mengambil tindakan tegas atas kasus tersebut.
“Bila tidak, ini akan memicu tindakan yang sama terhadap mahasiswa Papua di masa-masa yang akan datang, seperti diskriminasi rasial, persekusi, dan tindakan sewenang-wenang,” tandas Aprila lagi.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, lanjut dia, mengamanatkan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”
Kebebasan berpendapat di Indonesia sudah merupakan hak yang dilindungi oleh konstitusi.
“Pelaku justru sebenarnya tidak paham pada hak-hak sipil warga negara yang dilindungi undang-undang,” sambungnya.
Kehadiran Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga sebagai Kapolda NTT yang sebelumnya menjabat Kapolda Papua Barat, diharapkan dapat mengusut tuntas kasus ini, terutama karena dilakukan oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan ormas.
“Untuk itu, saya minta Kapolda NTT yang baru segera memproses kasus ini, tidak tebang pilih kasus,” pungkasnya.
Adapun aksi demo mahasiswa Papua ini berlangsung di Jalan Piet A. Tallo, Jumat (1/12/2023). Para mahasiswa melakukan unjuk rasa untuk memperingati hari deklarasi kemerdekaan Papua Barat.
Saat tengah berunjuk rasa, para mahasiswa didatangi oleh sekelompok massa ormas Garda Flobamora dan Garuda yang dipimpin oleh Mex Sinlae.
Mereka disuruh berhenti berorasi, dan kericuhan pun terjadi hingga akhirnya para mahasiswa diamankan ke kantor polisi. (*/yon)