KUPANG, PENATIMOR – Pemerintah Desa Letbaun, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang terus berinovasi mengembangkan potensi desa yang dimulai dari bidang pertanian, kelautan, peternakan dan lainnya.
Dengan melihat begitu banyak potensi, Pemdes Letbaun melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mengembangkan hasil dari potensi yang dikelola masyarakat agar lebih bernilai ekonomi.
Salah satu potensi pada bidang kelautan yakni rumput laut.
Hampir seluruh masyarakat setempat membudidayakan rumput laut sebagai salah satu mata pencaharian.
Meski demikian, petani rumput laut hanya dapat menjual dengan harga yang tergolong murah.
Saat ini, pemerintah desa telah bekerjasama dengan Undana Kupang agar dapat melatih masyarakat mengolah rumput laut menjadi bahan makanan berupa krispi (Stik) rumput laut. Dan hasil produk tersebut dapat diproduksi dan mulai dipasarkan.
Produk ini akan dipasarkan melalui BUMDes Nehan dengan harga yang terjangkau.
Produk tersebut telah diluncurkan pada Sabtu (19/11/2022).
Ketua BUMDes Nehan, Marthen Koen mengatakan, dengan kepengurusan yang baru, pihaknya ingin mengembangkan semua potensi di Desa Letbaun.
Atas komitmen bersama pemerintah desa, akhirnya telah terwujud hasil olahan stik rumput laut dari potensi kelautan di Desa Letbaun.
Marthen jelaskan, olahan kripsi itu berkat kerjasama mahasiswa Undana yang menjalani KKN di Desa Letbaun bersama kelompok masyarakat.
Menurut dia, rumput laut sangat melimpah di desanya tetapi hanya bisa dijual mentah dan kering saja dengan harga yang relatif murah.
“Kami sangat bersyukur dengan peristiwa hari ini karena selama ini petani rumput laut hanya bisa menjual dalam posisi kering dan mentah saja, tapi ternyata dengan cara kerja yang mudah bisa mendatangkan keuntungan yang lebih besar,” katanya.
Kepala Desa Letbaun Carlens Bising menjelaskan tujuan pengembangan potensi desa itu untuk memberikan nilai yang lebih ekonomis, karena selama ini petani hanya bisa menjual dalam bentuk kering ke pembeli, dan juga menjual dalam bentuk mentah untuk dijadikan bibit kepada petani lain.
Rumpu laut yang dihasilkan petani setiap minggu dari desa nya itu berkisar 1-3 ton, dan kondisi ini sudah berlangsung lama, bahkan menjadi penyuplai bibit ke desa lainnya.
Untuk pengolahan sendiri menurut Carlens, secara teknis pembuatan hingga packaging sudah sangat siap.
Namun yang menjadi kekurangannya adalah izin serta nomor PRT dari BPOM sehingga dapat dijual di sentral-sentral penjualan makanan.
“Kami akan berusaha mendapatkan izin dari BPOM agar bisa dipasarkan tidak hanya di desa atau Pulau Semau saja namun dipasarkan ke luar Pulau Semau,” kata Carlens yang juga mantan wartawan di Kupang itu.
Lanjutnya, masyarakat Desa Letbaun selama ini menjadikan rumput laut sebagai mata pencaharian untuk menghidupkan ekonomi keluarga dan menyekolahkan anak-anak.
“Kami bersyukur dan berterima kasih kepada pihak yang telah membantu kami, karena BUMDes Nehan Desa Letbaun resmi terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM, serta memiliki produk unggulan dengan kualitas dan harga yang terjangkau,” sebutnya.
Camat Semau,Yoel Laitabun pada kesempatan itu menyebut BUMDes Letbaun menjadi salah satu BUMDes terbaik di Kecamatan Semau.
Menurutnya, di setiap desa memiliki BUMDes tetapi belum nampak produknya.
“Ini sangat luar biasa karena BUMDes Letbaun dapat dideklarasikan dengan adanya produk unggulan BUMDes,” katanya.
Ia juga meminta agar produk Krispi harus memiliki nomor PRT dari Balai POM karena nomor tersebut bisa meningkatkan kualitas dan meyakinkan konsumen.
Untuk mendapatkan nomor PRT tersebut melalui sejumlah proses yang panjang yakni dari tahapan penyeluhan pangan.
“Saya siap fasilitas produk ini dapat nomor itu,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan kepada masyarakat agar terus saling mendukung proses pemerintahan yang ada, karena Desa Letbaun kini menjadi desa percontohan di Pulau Semau.
Untuk diketahui, BUMDes Nehan telah mendeklarasikan sebanyak tiga produk unggulan yakni Krispi Rumput Laut, Tenun Ikat (Helong) dan Lebahan Cottage.
BUMDes Nehan membandrol Krispi Rumput Laut dengan harga Rp5.000 per bungkus.
Sedangkan harga tenun ikat memiliki harga baru yakni kain tenun untuk laki-laki harga semula Rp1,2 juta turun menjadi Rp780.000, dan tenun untuk perempuan yang semula seharga Rp1 juta kini turun menjadi Rp735.000.
Acara deklarasi produk unggulan BUMDes Nehan Desa Letbaun itu diakhiri dengan pelepasan tukik atau anakan penyu di Pantai Bahansalit. (wil)