Lewoleba, penatimor – Kebakaran kampung adat di wilayah NTT terus saja terjadi.
Minggu (30/8/2020), kejadian serupa terjadi lagi dan menimpa kampung adat Desa Napasabok dan Desa Bungamuda, tepatnya di kampung lama Nepaulun, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata.
Informasi yang dihimpun media ini, menyebutkan, kebakaran besar itu terjadi sekitar pukul 12.00 Wita.
Awalnya api membakar lahan kosong seluas 1 hektare lebih, kemudian merambat dan menghanguskan 28 rumah adat milik sejumlah suku di kedua desa tersebut.
Rumah adat yang terbakar adalah milik suku Limanuho, Lemanuk Mudaipuken, Kolimaking, Lagamaking, Balawala, Lopot Making, Hurekmaking, Paokuma, Nihamaking, Waolangun, Wahon, dan suku Lapermaking.
Bangunan rumah adat beratap daun kelapa dan rumput ilalang sehingga muda terbakar.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran tersebut, namun taksasi kerugian mencapai Rp 196 juta.
Hingga saat ini belum diketahui pasti sumber api tersebut.
Kasipem Desa Bungamuda, Zakarias Sanga yang dikonfirmasi wartawan, mengatakan, titik api berada di lokasi Beo, sekitar tempat kejadian dan sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan karena terletak di lereng gunung dan daerah perbukitan.
Sejumlah titik api sulit dipadamkan dikarenakan lokasi yang tidak bisa dijangkau.
Zakarias awalnya mendapatkan informasi dari Kasi Pembangunan Desa Bungamuda bahwa ada kobaran api yang besar dan membakar kampung adat tersebut.
Setelah mendapat informasi tersebut, Zakaris kemudian bersama warga langsung menuju lokasi kampung adat guna mengetahui secara langsung kejadian tersebut.
Setibanya di lokasi, mereka menemukan kobaran api di sekitar kampung adat dan langsung berupaya melakukan pemadaman dengan peralatan seadanya.
Namun setelah berhasil memadamkan api pada lahan kosong, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan terbakarnya kampung adat.
Kobaran api dengan cepat menyebar dikarenakan angin yang kencang sehingga dengan cepat membakar 28 rumah adat yang berada di lokasi kampung lama Napaulun, Desa Bungamuda.
Kebakaran itu membuat warga tidak dapat berbuat banyak, dikarenakan kepulan asap dan juga kobaran api yang begitu besar, sehingga warga hanya bisa melihat dan melakukan pemadaman setelah kobaran api mulai berkurang.
Saksi lainnya, Ansel Langobelen, 41, warga Desa Lamawara, Kecamatan Ile Ape, mengatakan, dirinya mendapat informasi via pengeras suara dari Kasi Pembangunan Desa Bungamuda untuk meminta bantuan dari masyarakat Lamawara agar bersama-sama membantu melakukan pemadamam api di lokasi lahan kosong Desa Bungamuda.
“Saya bersama beberapa masyarakat Lamawara langsung menuju lokasi untuk melakukan pemadaman,” kata Ansel.
Saat melakukan pemadaman di lahan kosong, Ansel mengaku mendengar ada teriakan dari bagian timur yang mengakatan bahwa api muncul kembali dan membakar rumah adat yang ada di kampung lama Napaulun.
“Saya bersama warga yang lain tidak dapat berbuat banyak karena angin yang kencang sehingga api dengan cepat membakar rumah-rumah adat tersebut,” imbuhnya.
Upaya pemadaman baru bisa dilakukan pada saat kobaran api mulai berkurang.
Saksi lainnya, Yulia Beni, 69, petani Desa Bungamuda, mengatakan, sekitar pukul 12.00 Wita, dirinya menuju ke lokasi tempat penyimpanan motor yang terletak di seputaran kampung adat.
Saat itu, Yulia mengaku melihat api sudah menyala di sekitar kampung adat tersebut serta adanya kobaran api yang menyalah di atas sebuah pohon.
Kobaran api tersebut menurut Yulia sangat besar dikarenakan angin yang kencang, sehingga bunga api beterbangan menuju ke beberapa titik termasuk di lokasi rumah adat.
Kobaran api langsung membakar atap dari salah satu rumah adat tersebut dan secara cepat api membesar dan menghanguskan rumah-rumah adat yang berjumlah 28 buah.
“Saya sempat berteriak minta tolong kepada warga yang berada di sekitar lokasi, namun dikarenakan kobaran api yang cepat membesar sehingga saya tidak bisa berbuat banyak dan hanya menghidar untuk menyelamatkan diri,” sebut Yulia.
Setelah kobaran api mulai kecil, Yulia bersama masyarakat melakukan pemadaman dengan menggunakan peralatan seadanya. (wil)